Terima Kasih Atas Kunjungannya..

Semoga Artikel-artikel ini bermanfaat untuk anda.

Jumat, 04 Maret 2011

Kisah Kecoa Kecil


Selamat bagi sahabat Indonesia yang hari ini telah melakukan pencontrengan. Ya.., hari ini adalah hari yang bersejarah bagi perjalanan bangsa Indonesia, untuk memilih wakil rakyat di parlemen.  Bagi sahabat yang sudah mempunyai hak pilih, dan tercatat di DPT sangat disayangkan jika tidak mempergunakan kesempatan emas ini. Terlepas dari masih adanya berbagai kekurangan disana-sini dalam pelaksanaan PEMILU kali ini, termasuk warga yang tidak bisa menggunakna hak pilih-nya karena tidak tercatat di DPT, yang didalamnya termasuk saya dan istri. Semoga kita mendapatkan wakil rakyat yang amanah.
Sambil memantau perkembangan hasil perhitungan cepat di TV, saya akan sedikit share sebuah artikel menarik yang diambil dari Buku “Half Full-Half Empty” Karya Parlindungan Marpaung. Buku ini sangat sarat dengan cerita inspriratif termasuk artikel yang akan saya share disini yang sedikit menyinggung Caleg.
Dikisahkan tentang seoarang karyawan, dokter perusahaan, mahasisiwa yang sedang praktik kerja, dan Caleg (Calon Legislatif) yang gagal, sedang asyik membicarakan situasi politik Indonesia sambil minum kopi di sebuah kantin. Sedang asyiknya mereka ngobrol, entah darimana datangnya, beberapa ekor kecoa terbang dan masuk kedalam cangkir kopi mereka masing-masing. Tak ayal lagi, kecoa itupun berenang-renang disetiap cangkir.
Spontan sang dokter langsung bereaksi meminta supaya kopinya diganti dengan yang baru. Mahasiswa serta merta mengambil kecoa yang ada didalam gelasnya, dikeringkan lalu dilepaskannya kembali, sementara kopinya masih tetap diminum. Saking semangatnya berbicara, sang Caleg tidak terlalu mementingkan kecoa yang masuk ke gelasnya. Sementara yang lain sibuk dengan kecoa yang ada di gelasnya masing-masing, Caleg meminum kopi bersama kecoa yang ada didalamnya. Pikirannya tidak terkonsentrasi pada kecoa, melainkan pada persoalan PEMILU yang sedang hangat-hangatnya waktu itu.
Lain halnya dengan karyawan. Dengan pengalamannya sebagai karyawan senior, yang sudah dimutasi kemana-mana, dia mengusulkan sepuluh alternatif tentang penyelesaian masalah kecoa kecil ini sebagai berikut:
Pertama, membentuk petugas kantin dan meminta kopi pengganti yang baru serta gratis.
Kedua, Menuduh mahasiswa yang telah memasukan kecoa kecil kedalam gelasnya.
Ketiga, Mengajak dokter segera membawanya ke klinik pengobatan perusahaan untuk diperiksa kesehatannya bahkan di ‘rontgen’ untuk memastikan apakah sudah ada kecoa lain yang mendahului masuk kedalam perutnya atau tidak.
Keempat, Mem-PTUN-kan sang Caleg yang gagal karena telah mengabaikan kepentingan rakyat banyak, hanya untuk kepentingan diri dan golongannya, sehingga kecoa semakin berkembang biak di daerah tersebut.
Kelima, Karyawan tersebut akan memerintahkan seluruh pejabat dan karyawan lainnya serta serikat pekerja untuk kerja bakti membersihkan perusahaan dari kecoa-kecoa.
Keenam, Berkoordinasi dengan humas meminta konferensi pers bahwa perusahaan ini telah mendukung upaya terciptanya lingkungan sehat, melalui kerja bakti yang diusulkannya.
Ketujuh, Berusaha memperoleh sertifikat ISO 14000 tentang kebersihan lingkungan, khususnya lingkungan perusahaan.
Kedelapan, Mengusulkan kepada manajemen agar tidak hanya lingkungan perusahaan yang dibersihkan, namun juga perangkat sarana juga dibersihkan dari kecoa-kecoa.
Kesembilan, Melobi pihak manajemen untuk mengucurkan dana sekian milyar, untuk membersihkan seluruh perangkat dan sarana perusahaan dari kecoa.
Terakhir, Ketika dana yang dikucurkan hampir habis, sang karyawan bermaksud mengundang kembali dokter perusahaan, mahasiswa yang sedang praktek dan Caleg yang gagal dalam Pemilu, untuk duduk minum kopi kembali sambil, memerintahkan kecoa kecil untuk masuk kembali ke gelas mereka masing-masing.
Ada banyak cara untuk memasukkan pendapatan ke prusahaan, namun tidak dapat dipungkiri bahwa lebih banyak cara lagi untuk mengeluarkan uang dari perusahaan sebagai biaya, apalagi dengan menghalalkan segala macam cara. Kreatifitas manusia yang dianugrahkan Sang Khalik memang bermuara pada hal yang baik maupun yang tidak baik, bergantung dari kualitas moral si pemilik krativitas tersebut. Salah satu keunikan manusia adalah selalu berkeinginan untuk mencari sela-sela kelemahan dari suatu peraturan agar dapat dinikmati hasilnya tanpa tuntutan apapun.
Mengembangkan kasus ini dalam hal korupsi misaknya, Arvan Pradiansyah(2004) menyitir perbedaan korupsi di Malaysia dan di Indonesia.Dikatakannya, korupsi diMalaysia rumusnya adalah : ” Bagikan dulu kepada rakyat, nanti sisanya kita korupsi”. Sementara di Indonesia katanya : ” Bagi-bagi dulu diantara pejabat, baru sisanya untuk rakyat!” -Lebih kejam!.
Diantara sekian banyak penyimpangan yang dilakukan oleh manusia, kita boleh sangat bersyukur, karena benih-benih untuk berbuat baik masih sangat besar dan potensial dalam diri manusia. Dia ibarat harta karun yang perlu digali melalui pengalaman hidup, perjuangan bahkan dengan air mata.
Bersyukur pula karena melalui agama yang kita yakini hingga hari ini masih terus mengumandangkan nilai-nilai luhur yang harus dicapai manusia sebagai ciptaan yang paling sempurna. Tinggal bagaimana melaksanakannya sebagai satu kesatuan yang utuh. Semua dimulai dari mensyukuri atas semua yang dimiliki, memiliki ikhtiar untuk memberikan yang terbaik, serta mendeteksi bahkan menghapus perlahan-lahan keserakahan yang justru semakin menurunkan harga diri.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar